Friday, April 6, 2012

Antara Kau dan Dia (part 2)

baca part 1 nya di antara kau dan dia (part 1)

 "Nah itu Mas Etta pulang..", kata Ibuku sambil melangkah menuju pintu.
Aku melihat seorang laki-laki paruh baya didepan pintu rumahku. Ia berdiri dengan tas pinggang menggantung di pundaknya serta sepatu futsal di sebelah tangannya. Ya, dia kakakku :)


Sementara dia yang sedari tadi duduk di ruang tamu hanya diam. Dia hanya mengulum sebuah senyum sedikit dipaksa. Entah hanya perasaanku saja atau memang masih ada sisa tangis di wajahnya.
"Kamu udah lama?", tanya Mas Etta.
"Engga, baru nyampe kok."
Ha?? Baru nyampe?? wkwkwk bisa banget basa-basinya. Jelas-jelas dia nunggu hampir lumutan gitu..
"Kamu sendirian?"
"Engga kok tadi sama Om, tapi dia pulang duluan.."
"Ooohh bentar ya dek, Mas mandi dulu."
"iya"



Wajahnya masih merengut, ga beda jauh sama tadi.. Aku melihat mereka dari kejauhan, keduanya tampak berusaha menutupi segalanya. Berusaha membuat segalanya tampak normal. hmm kok bisa gitu ya? Namun aku tau sejak saat itu semua tak akan sama lagi..

"Mas, kamu beneran mau pergi? Trus aku gimana?"
"Sepertinya kita memang ngga jodoh.. Aku ngga bisa lebih lama lagi disini. Kita terlalu berbeda, dan tidak akan pernah bisa bersatu. Lagipula aku mau mengejar mimpiku disana."
"Mas serius?"
"Iya.. Maaf.."

                                                 
                                                          ****

"Ati-ati ya mas disana, kalo ada apa-apa cerita. Jangan dipendem sendiri.", tutur Ibu pada Mas Etta.
"Iya. Ya udh Mas berangkat dulu ya.", katanya seraya mencium tangan Ibu kami dan memeluknya. Setitik air terlihat di ujung matanya, bersiap untuk keluar namun ditahannya. Astaga ia menangis? Ia bisa menangis juga? Seorang yang selama ini kukira dingin, jarang di rumah, juga bisa menitikan air mata?


"Ati-ati yo le.. Ojo macem-macem neng kono.", lanjut Bapak lalu menepuk bahunya seolah berkata,"Kamu bisa nak :')"


Aku hanya bisa terdiam tak mampu berkata melihat semuanya.
"Dek, Mas Etta berangkat dulu ya. Kamu jangan nakal, bantuin Bapak Ibu. Sekolah yang bener..", katanya kemudian. Lalu tangannya meraihku dalam peluknya dan mengacak rambutku pelan. Sungguh aku akan sangat merindukannya.. Hatiku bergetar, mataku memanas. Tidak aku tidak boleh menangis :)

Hingga akhirnya aku hanya bisa melambaikan tangan sambil menatap kepergiannya..  Aku tau ini bukan akhir, namun satu hal yang aku tau pasti. Aku pasti akan sangat merindukannya..

                                                             ****

Sebuah pertemuan selalu ada akhirnya. Jadi sebenernya kenapa mereka dipertemukan? Kalau harus berpisah? Bukankah itu terlalu menyakitkan? THE END

maaf kalau endingnya mengecewakan.. atau ngga ngerti ceritanya hehehe cuma mencoba belajar.. 


No comments:

Post a Comment